Jumat, 08 Februari 2013

Magis Piala FA


Ada kalanya ketika magis Piala FA hanya untuk Chelsea. Lupakan kemenangan di tahun 1970. 12 tahun setelah kami meraih kemenangan fantastis tersebut, tepatnya pada 1982 kami baru saja promosi dari Divisi Dua dan berada di peringkat tengah klasemen.
Saat itu kami sudah melewati dua pertandingan untuk menghadapi Hull City di Babak Tiga Piala FA. Setelah itu kami menghadapi Wrexham dan babak kelima mempertemukan kami dengan Liverpool.
Sekarang mungkin sulit dibayangkan, tapi Dulu Liverpool merupakan tim yang ditakuti. Mereka adalah juara bertahan Liga Eropa dan sedikit lagi menjuarai Liga untuk kelima kalinya dalam tujuh musim.
Tapi di siang hari yang cerah, Hansen, Souness, Dalglsih dan Rush tidak bisa menandingi pemain seperti Micky Droy, Clive Walker, Colin Lee dan Peter Rhoades-Brown setelah kami menang 2-0 [http://www.youtube.com/watch?v=LEWi7IRc9Z4] di Stamfrod Bridge.
Dan maju ke 31 tahun setelah itu semuanya sangat berbeda bagi Chelsea, sekarang kami malah berusaha keras untuk menghindari kekalahan di Piala FA. Beberapa komentator mungkin mengatakan jika magis Piala FA sudah hilang. Tapi selalu terjadi drama ketika tim papan atas melawan tim kasta bawah di kompetisi sepakbola tertua di dunia ini.
Dan itu terlihat ketika beberapa klub Premier League harus takluk dari klub divisi bawah di babak keempat. Ketika kami bisa saja memenangi Piala FA yang keempat dalam enam musim terakhir, saya masih bisa merasakan Brentford akan mengancam kami. Sama seperti Aston Villa yang tersingkir oleh Milwall, Norwich dieliminasi klub non-liga Luton dan QPR dipermalukan MK Dons.
Dan perasaan tersebut semakin menjadi ketika pertandingan dimulai di Griffin park. Anda bisa lihat jika para pemain sangat kesulitan. Kami bermain buruk di babak pertama. Beruntung di babak kedua kami bermain lebih baik dan terhindar dari kekalahan berkat gol Fernando Torres dan terhindar dari nasib buruk seperti Villa, Norwich dan QPR.
Kami bisa saja menang jika wasit memberikan penalty ketika pemain mereka terlihat jelas melakukan handball dan Frank Lampard bisa mencetak golnya yang ke-196 untuk Chelsea. Tapi bagaimanapun hasilnya, skor tersebut membuat beberapa fans kecewa. Sisi positifnya kami terhindar dari kekalahan meskipun penampilan babak pertama kami adalah salah satu yang terburuk di musim ini. Dan kesedihan kami bisa sedikit terobati setelah mengetahui Spurs kalah dari Leeds dan Liverpool tersingkir oleh klub League One, Oldham.
Saya bukan orang yang suka meledek pendukung klub lain ketika tim mereka dikalahkan klub underdog di Piala FA. Tapi beberapa pendukung di Singapore lega denganhasil tersebut karena sebelumnya fans the Reds meledek kami karena hanya bisa bermain imbang melawan klub League One.
Karma jelas berbicara di hari Minggu dan ledekan di headline Koran jelas lebih mengarah ke mereka dibanding kami. Jadi jelas magis PIala FA masih ada untuk kami dan saya sangat senang.
Selama Chelsea tidak berada di jalur yang salah dan menjadi korban berikutnya, tentu saja…
Pandangan dari Tribun Timur (jauh): adalah buah pikir dari seorang penulis berbasis di Singapura yang mendukung Chelsea semenjak era of Kerry Dixon dan Pat Nevin.

sumber: http://indo.chelseafc.com/blog/index.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar